BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Minggu, 31 Mei 2009

PANCASILA DASAR NEGARA

Waktu pemilihan Presiden dan wakil presiden sudah dekat. Bagi orang awam tentu bingung mau pilih pasangan yang mana, karena ketiga pasang calon sama-sama bagus. Waktu kampanye biasanya rawan, karena kadang ada silang pernyataan yang kadang memicu kesalah fahaman. Hal ini seharusnya dihindari kekuat tenaga oleh team sukses pasangan calon Presiden dan Wakil prsiden, sehingga persatuan dan kesatuan itu menjadi yang utama untuk dijaga dan dipertahankan. Media juga punya peran yang vital untuk senantiasa tidak membesar-besarkan suatu pernyataan yang mengandung unsure-unsur permusuhan.

Karena persatuan dan kesatuan, keharmonisan, kerukunan, kebersamaan bangsa kita adalah hal yang utama, sebagai modal kita berkarya dan mengabdi di bumi tercinta kita ini. Saya jadi teringat” PANCASILA” yang belakangan ini banyak kita lupakan, maka baik bagi saya pribadi untuk sekedar mengingat apa dan bagaimana peran Pancasila sebagai dasar negara.

Pemahaman saya mengenai Pancasila ini bersumber dari hasil diskusi dengan teman-teman yang peduli bangsa , dengan tokoh yang betul-betul mencintai negara ini, mereka tidak rela negara kita hancur, mereka tidak rela negara ini miskin, mereka tidak rela negara ini dicap sebagai teroris, dan mungkin bersumber dari pemahaman keagamaan yang selama ini dan terus selalu saya pelajari.

Pancasila sebagaimana kita ketahui dibuat dalam proses diskusi yang panjang oleh tokoh pendiri bangsa ini yang tidak kita ragukan lagi cintanya terhadap bangsa ini, yang kita tidak ragukan perjuangan beliau-beliau itu untuk bangsa ini, jadi yakinlah bahwa Pancasila adalah produk murni yang dikonsepkan untuk kemerdekaan, kemandirian, dan kemajuan bangsa ini dalam segala aspek kehidupan, baik dunia dan akherat, sekali lagi yakinlah akan hal ini. Betapa tidak bahwa musuh-musuh kita sangat faham akan hal ini, oleh karena itu mereka merongrong pola kehidupan kita tersistematis persis seperti sila-sila dalam Pancasila kita ini.

SILA : KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pancasila bukan agama, tapi hanya sebuah faham yang mewadahi kemajemukan agama yang ada dinegara kita. Pendiri bangsa ini menyadari betul bahwa agama adalah hak asasi pribadi, dan tidak ada pemaksaan dalam beragama. Maka sila pertama ini memberi ruang yang sangat luas bagi toleransi beragama. Toleransi adalah memberi keleluasaan kepada saudara yang berlainan agama untuk beribadah sesuai keyakinan masing-masing, bukan kita beribadah ditempat atau dengan cara agama orang lain dan sebaliknya. Kita mesti pegang teguh bahwa agama Hindu itu baik bagi pemeluk Hindu, agama Kristen baik bagi pemeluknya dn seterusnya. Sehinga boleh bagi masing-masing pemeluk menganggap agamanya paliang baik, dengan diikuti pemahaman bahwa agama orang lain itu baik bagi pemeluknya. Sehingga tidak ruang untuk bersilang pendapat dalam urusan ini. Maka konsep berlomba-lomba dalam kebaikan dalam wadah agama masing-masing mendapatkan tempat yang memadai. Sehingga toleransi hanya dalam batas urusam hubungan kemanusian saja bukan dalam urusan pribadatan dan akidah.
Lihatlah kasus Ahmadiyah, kasus terorisme yang mengatasnamakan Islam, kasus Ambon, munculnya sekte-sekte dan aliran-aliran agama yang bermunculan belakangan ini, itu semua dalam rangka memporak-porandakan kehidupan beragama kita waspadalah dan bersungguh-sungguhlah dalam memahami masalah ini karena masalah ini yang paling rawan dalam tataran kehidupan berbangsa kita. Agama adalah urusan yang paling sensitive dalam kehidupan seseorang.

SILA: KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
Kita dapat berperilaku dalam sila ini apabila kita sudah dengan sempurna mengamalkan sila Ketuhanan. Bahwa urusan Ketuhanan adalah bersifat universal, maka urusan yang lain berada dalam lingkup Ketuhanan, apapun itu persoalannya. Kita dapat dengan adil menganggap saudara kita adalah manusia seperti kita apabila kita betul-betul merasa sebagai hamba, sebagai makluk yang lemah dihadapan Tuhan, hanya Tuhan saja yang tinggi, yang Perkasa. Terhadap yang tua kita hormati karena mereka sudah banyak amalnya, terhadap yang muda kita hormati karena lebih sedikit dosanya dibandingkan kita, terhadap yang berilmu kita hormati karena ilmunya, terhadap yang awam kita hormati, karena mereka melakukan dosa karena tidak tahu, maka Tuhan akan mengampuninya karena ketidaktahuanya, sedang kita melakukan dosa dan kesalahan dengan sadar bahwa itu dilarang, ini prinsip menghormati sesama yang diajarkan oleh Asyaich Abdul Kadir Al Jailani Al Bagdadi ra.

Dengan prinsip ini maka Kemanusiaan Yang adil dan Beradab akan dengan mudah kita fahami dan sebenarnya sudah kita laksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari, maka kita seyogyanya tidak alergi dengan Pancasila karena sebenarnya kita adalah pengamal Pancasila yang taat dengan prinsip Ketuhanan yang kita anut masing-masing.
Oleh Karena itu faham sekulerisme lambat laun akan menemui kegagalannya, dan faham Ketuhanan yang berlaku secara universal akan berjaya. Faham sekuler akan mudah goyah dengan adanya krisis global, dengan adanya keanehan-keanehan kehidupan alam, seperti faham liberal dan kapitalis dalam sector perekonomian.

SILA: PERSATUAN INDONESIA
Dengan mudah kita fahami sila ini mengajak kita bersatu, dalam wadaH negara kesatuan Republik Indonesia. Seyogyanya kita punya fisi dan misi untuk membangun dalam rangka kebaikan untuk semua, bukan kebaikan untuk segelintir golongan, atau individu tertentu. Ilusrasinya adalah, orang yang yang berkumpul dan berjudi, itu mereka bersatu, atau ada persatuan dalam orang yang berjudi, tapi tidak ada semangat kesatuan didalamnya, karena orang yang berjudi pasti ingin menang sendiri, tidak peduli dengan lawan berjudinya, yang penting dirinya untung tidak peduli yang lain buntung.

Kita akan dapat mengamalkan sila persatuan dengan baik bila kita sudah sempurna mengamalkan sila Ketuhan dan sila Kemanusiaan. Bagamana kita dapat bersatu bila dalam diri kita masih ada bibit kesombongan, bagamana kita bisa bersatu bila kita masih merasa lebih tinggi dari yang lain, tidak ada persatuan bila tidak ada prinsip kesetaraan.

Kita kadang tidak menyadari sisi persatuan kita dengan sangat mudahdiporak-porandakan karena pemahaman kita dalam urusan ini masih dangkal, bagaimana kasus poso, kasus Irian Jaya (Papua), kasus Aceh, mari dengan jernih kita fahami urusan ini. Kita tidak akan bisa membangun bila kita terus menerus cek-cok, terus menerus berperang, kita dapat berkarya bila kita damai. Fahamilah diperlukan banyak dana bila kita terus-menerus bermusuhan, kita mesti belajar dari pengalaman masa lalu.

SILA: KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAD KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN
Saudaraku perhatikan kata-kata dalam sila ke empat ini, betul-betul indah dan penuh dengan makna. Disini ada unsure rakyat dan pimpinan. Dari sinilah dimulai pembahasan mengenai kenegaraan, ada rakyat dan ada yang memimpin rakyat, yaitu pemerintah. Tidak akan ada negara, bila tidak ada persatuan. Kita sudah bersepakat membentuk negara Kesaruan Republik Indonesia. Disinilah Tuhan menakdirkan kita untuk berkarya, beramal dan mungkin kita akan mati. Sisitem kenegaraan baru dibahas dalam Pancasila setelah kita bertauhid (berketuhanan), setelah kita bisa menghargai saudara kita sebagai manusia, setelah kita dapat bersartu.

Dengan itu semua memungkikan kita berperan sebagai rakyat yang baik, dan apabila kita ditakdirkan jadi pemimpin kita sudah mengerti ilmunya pemimpin. Karena semua itu bidang garapan keagamaan, atau menyangkut keimanan seseorang. Sudah sewajarnya rakyat itu mesti sabar, bekerja keras, hormat pada pemimpin. Sudah sepatutnya pemimpin itu mesti adil, bijaksana, bertanggung jawab pada segala hal yang menjadi kebutuhan rakyatnya, menjaga harga diri bangsa dimata internasional. Alangkah indahnya bila rakyat dan pemimpin mau menjalankan ilmunya masing-masing.

Fenomena sekarang, malah sebaliknya, rakyat menutut hal-hal yang mestinya menjadi hak pimpinan, demo dimana-mana, arogansi tumbuh subur, anarkisme tumbuh dimana-mana sehingga gambaran rakyat yang santun, sabar tunduk pada pimpinan tidak mewujud. Pimpinan tak sepantasnya menuntut rakyat bersabar, dan hormat pada pimpinan sementara pimpinan tidak adil dan tidak bertanggung jawab.

Dawuh Abah syech, orang yang pinjam itu ilmunya harus segera mengembalikan pinjaman, sesegera mungkin manakala sudah mampu, yang meminjamkan ilmunya bersabar sampai hutang itu dibayar, malah-malah akan lebih baik mengiklaskan yang dipinjamkannya, bukan malah menggunakan debtkolektor dengan kekerasan.

Atas nama demokrasi musuh kita akan membobol kehidupan berbangsa kita, pemilu langsung salah satunya. Ini betul-betul pandangan pribadi saya, bahwa pemilu langsung itu tidak sesuai dengan asas kerakyatan kita. Pemimpin kita hanya disibukkan oleh urusan pemilu langsung, kalau kita cermati, kita setiap tahun dihadapkan urusan pemilu, berapa duit yang mesti ditanggung oleh rakyat, sedangkan kenyataannya hanya golongan dan pribadi yang diuntungkan oleh urusan ini, rakyat hanya menjadi objek, pemimpin yang amanah tidak kunjung datang. Dengan alas an demokrasi seolah olah rakyat boleh anarkis menuntut keadilan.

Demokrasi Pancasila yang pas buat bangsa Indonesian, rakyat mewakilkan urusan memilih pimpinan kepada tuan-tuan wakil rakyat, karena walau bagaimanapun wakil rakyat lebih faham dalam urusan ini. Tentu wakil rakyat yang berketuhanan, berperikemanusiaan, dan yang dilandasi wawasan persatuan yang sempurna yang pantas menjadi wakil rakyat. Kita membutuhkan wakil rakyat seperti itu, bukan wakil rakyat yang mau memperkaya diri, bukan yang memntingkan golongannaya sendiri, bukan wakil rakyat yang mencari popularitas.

SILA:KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
Tentu semua warga bangsa ini mendambakan keadilan social disegala bidang, bidang ekonomi, dibidang hokum, dan dibidang-bidang lingkup kehidupan manusia lainnya. Ini semua akan terwujud bila kita dipimpin oleh pimpinan yang amanah, pimpinan yang mengerti betul kondisi bangsa ini, pemimpin yang tidak mudah dikendalikan pihak asing yang ujungnya lebih menguntungkan asing dari pada rakyatnya sendiri. Sebaliknya rakyatnya pekerja keras, jujur, mempunyai motivasi yang kuat, bersatu, bersabar menantikan hasil perjuangan bersama. Bukan malah mengacaukan keadaan yang sudah kacau ini, salurkan aspirasi kepada wakil-wakil kita yang sudah kita percaya mengurusi urusan kita dalam berbangsa.

KESIMPULAN
Saudaraku Pancasila bukanlah sebuah agama, tapi hanya sebuah gagasan, tatanan yang diharapkan dapat menjadi wadah urusan muamalah, urusan hubungan kemanusiaan, bagi warga negara yang tinggal dibumi tercinta ini.
Apabila saudaraku pemeluk agama yang taat, yakinlah bahwa saudaraku seorang Pancasilais yang sejati. Menjadi seorang yang Pancasilais tidak perlu dengan meninggalkan agama kita,malah sebaliknya jalankan agama dengan baik dan benar, senantiasa tuntutlah ilmu agama itu dengan sempurna, walaupun menuntut ilmu dunia juga baik.
Bagi rakyat kebanyakan, kita mesti sabar berjuang, bekerja dengan sungguh-sungguh, berusaha menjadi professional apapun profesi kita, hormati pimpinan kita, dengan penghormatan yang layak, bukan yang berlebihan. Jangan menambah suasana ini menjadi tambah runyam dengan perilaku yang anarkis, arogan, membabi buta, jangan mudah dibakar dengan hal-hal yang kita tidak tahu persis persoalannya.
Wahai saudara pemimpin adilkan urusan dalam segala hal, jadikan kesejahteraan rakyat menjadi sasaran utama kepemimpinan saudara, jangan sebaliknya kau injak rakyat demi kepentingan pribadi dan golongan. Karena berat tanggung jawab pemimpin yang tidak adil dihadapan Tuhan.

Semangat terus, berjuang terus, semoga negara tercinta ini tambah maju. Kita harus malu, saudara-saudara kita mesti pergi jauh mencari sesuap nasi, apalagi jika kita dengar mereka dapat perlakuan yang tidak manusiwi, apalagi mereka kebanyakan wanita, yang mestinya tinggal untuk memberi pendidikan dan kasih sayang yang layak bagi putra-putrinya, tapi semua itu mereka relakan, karena dinegeri sendiri sulit mendapatkan penghidupan yang layak. Wasalam.

 

0 komentar: