BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 01 Juni 2009

AGAMA, AGEMAN


Saudaraku, semoga Tuhan Yang Maha Lembut senantiasa membelai-mbelai kita dengan kelembutanNya, sehingga kita senantiasa bersifat lemah lembut dalam gerak-gerik kita, dalam tingkah laku kita, semoga Tuhan Yang Maha Bijaksana senantiasa memberikan kebijaksanaanNya kepada kita, sehingga walaupun kita belum sempurna mengbdi kepadaNya, tetapi Tuhan senantiasa menambah nikmat yang diberikan kepada kita semua, amiiiin, ya…robbal`alamin.

Pakaian Terbaik Yang Pantas Kita Pakai
Saudaraku, begitulah nenek moyang kita otak-atik bahasa yang memang pas, bahwa agama itu layaknya pakaian. Tentu kita malu mengenakan pakaian yang tidak layak, apalagi sampai tidak mengenakannya sama sekali, kalau masih kanak-kanak mungkin masih dapat diterima oleh akal kita, tapi bertelanjang, apalagi bertelanjang bulat bagi orang dewasa tentu akan menjadi bahan tertawaan bagi yang melihatnya.

Layaknya pakaian, kita tidak boleh asal pakai, tentu ada aturan dan tata krama kapan pakaian itu kita kenakan, tidak boleh dan akan aneh apabila kita mengenakan sepatu tetapi dipasang ditangan atau dikepala. Demikian pula pakaian banyak macamnya, ada yang pokok ada yang sekedar hiasan atau asesoris, yang apabila kita pakai menambah daya pesona. Pakaian ada ukurannya, kita tidak bisa memakai ukuran yang tidak pas buat kita, kalau badan kita besar, tentu ukuran L atau XL yang enak buat kita dan sebagainya.

Saudaraku, kita mesti menempatkan agama dalam kehidupan kita sehari-hari sesuai kemampuan kita. Makin bagus beragama seseorang maka semakin bagus pula kedudukan seseorang dimasyarakat, dan yang lebih penting mendapatkan kedudukan yang tinggi dihadapan Tuhan Yang Maha Indah. Kita harus senantiasa membersihkan agama kita seperti layaknya kita mencuci pakaian kita, artinya kita mesti mengiklaskan segala niat dalam beragama hanya semata-mata untuk Tuhan Yang Esa.

Saudaraku, kita sepantasnya melaksanakan perintah agama dari yang paling pokok (wajib) dahulu baru yang sunat-sunat, apabila kita balik, seperti layaknya kita memakai ikat pinggang tapi kita tidak memakai celana, kira-kira apa pendapat saudara bila hal ini terjadi? Pakailah pakaian yang paling minimal dipersyaratkan, sehingga kita tidak disebut telanjang, demikian juga laksanakan perintah dan jauhi larangannya sebatas minimal sehingga kita tidak disebut kafir, munafiq dan murtad, sehingga masih memungkinkan kita untuk berbenah diri, memperbaiki diri mana kala Tuhan sudah memberi kekuatan untuk kita.

Pakaian untuk Resepsi
Saudaraku, apabila kita akan menghadiri pesta, tentu kita pilih pakaian yang pas atau malah yang paling mahal dari yang kita miliki, karena kita akan berkumpul dengan teman, tetangga, kolega kita sehingga kita malu apabila kita berpakaian apa adanya, sementara teman kita, tetangga kita dan juga kolega kita mengenakan pakaian yang mungkin akan lebih bagus dari pada yang kita kenakan.

Saudaraku, apabila kita diundang menghadap petinggi negara, atau pejabat negara yang lainnya, kita tidak bisa mengenakan pakaian seenaknya. Warna baju atau harus pakai jas barang kali, harus bersepatu yang hitam, harus berdasi mungkin, demikian juga apabila kita diundang menghadap Tuhan Yang Maha Tinggi, Yang Maha Perkasa, kira-kira pakaian apa yang pantas kita pakai, kualitas keagamaan seperti apa yang layak kita persembahkan kepadaNya? Para petinggi negara itu dijaga oleh polisi, tentara, bagaimana dengan tentara-tentara Tuhan Yang Maha Perkasa? Mereka lebih teliti, lebih jeli dari pada tentara dunia manapun.

Saudaraku, renungkanlah hal ini dengan perenungan yang dalam, betapa tidak, mungkin ibu bapak kita, saudara kita, atau teman kita yang dulu sering bercengkrama dengan kita, tapi sekarang mereka sudah pergi untuk selamanya menghadap Tuhan, sungguh hal ini bukanlah mimpi disiang bolong. Oleh karena itu tamballah pakain kita manakala disana-sini sobek semampu kita dengan tekun dan pantang mengenal lelah, sehingga pakaian itu nanti layak untuk menghadap Tuhan Yang Maha Sempurna, sempatkan menuntut ilmu agama disela-sela kesibukan kita mencari sesuap nasi untuk anak istri kita. Waspadalah terhadap bujukan yang menyesatkan dengan ajakan untuk meninggalkan urusan dunia, untuk meninggalkan pekerjaan kita demi menuntut ilmu akherat, itu pasti menyesatkan, waspadalah terhadap hal seperti ini, tanyakan dahulu kepada ahlinya apabila saudara menemuhi urusan yang pelik dalam agama, jangan mudah menghukumi sesuatu urusan agamapun manakala kita bukan ahlinya.

Saudaraku, akan lebih baik bagi kita mencari guru spiritual disekitar kita, agar perjalanan kita senantiasa diawasi, dibimbing. Carilah guru yang memang sudah berhak untuk membimbing umat, yang sudah tidak butuh urusan dunia, yang iklas membimbing, yang ilmunya benar dan lurus yang silsilah keagamaan dan ilmunya bersumber dari sumber yang murni, berusahalah mencarinya, maka kebahagiaan akan menyertaimu bila saudaraku mendapatkannya. Guru yang saya maksud adalah guru dunia akherat, karena dia sanggup menunjukan celah-celah jalan kehidupan didunia maupun liku-liku kehidupan diakherat karena Tuhan menganugrahkan kemampuan kepadanya. Apabila kita pergi ke suatu tempat maka peta itulah agama kita, sedangkan guru kita adalah orang yang sudah faham betul tempat yang kita akan tuju, sehingga kita dengan mudah menjelajahi tempat itu Karena kita membawa peta dan didampingi oleh orang sudah tahu persis celah-celah tempat itu.

Waktu berbenah masih ada
Saudaraku, selagi Tuhan masih memberi kesempatan, masih diberi kelonggaran, alangkah baik bagi kita terus berupaya untuk memperbaiki kehidupan keagamaan kita, kita masih bisa memohon pertolongan, kita masih diberi kesempatan untuk belajar, utama adalah ilmu agama. Jangan kita sia-siakan waktu ini karena kita tidak tahu sampai kapan kesempatan ini diberikan.
Saudaraku, memang tidak mudah untuk mengamalkannya, karena godaan, gemerlapnya dunia ini kadang-kadang membuat kita silau, apalagi tabiat nafsu kita memang cenderung untuk membangkang, tundukkan semua itu dengan ilmu, dan senantiasa memohon pertolongan Tuhan Yang Maha Menolong. Semoga bermanfaat, amiin. Wasalam.

0 komentar: