BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 20 Juni 2009

NENEK-KU AKU MENGAGUMI-MU


Inilah salah satu orang yang aku kagum padanya, Tiayah begitu pendek namanya. Dari rahim beliau lahir bapak-ku Haji Mohammad Takrip. Beliau melahirkan tiga orang anak dengan tiga suami yang berbeda, begitulah jaman dahulu kawin cerai sangatlah mudahnya. Beliau meninggal kira-kira empat atau lima tahun yang lalu dalam usia tak seorangpun mengetahui pastinya.

Dari Lahir Hingga Meninggal Terus Menderita
Beliau lahir didesa Gunting, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, dari kecil hidupnya terus berpindah-pindah karena sulitnya masa penjajahan Belanda waktu itu. Beliau sering bercerita atau mendongeng waktu aku masih kecil. Waktu jaman sulit dulu pernah menanak nasi dicampur dengan pasir agar supaya tidak enak makan sehingga nasinya awet.

Waktu saya masih kecil dulu pernah ikut dengan kami di Kediri bersama dua orang cucunya yang anaknya pakde saya atau anak pertama nenek saya. Dulu katanya pakde saya salah satu orang yang sukses karena waktu itu sudah menjadi pemborong bangunan, beliau meninggal karena diguna-guna oleh saingan bisnisnya.

Nenek-ku orang yang sangat sabar, tidak pernah mengeluh sedikitpun walaupun kehidupannya sangat sederhana, tidak pernah sepatah katapun keluar dari mulutnya kata-kata yang kotor apalagi menjelekan seseorang…dan beliau orang taat beragama, walaupun tidak pernah mengaji tapi tutur katanya senantiasa menyejukkan hati…….
Beliau orang yang pandai berterima kasih, kepada siapapun yang memberi hadiah sehingga orang yang memberi hadiah senang sekali melihatnya, apapun hadiah itu seberapapun hadiah itu, perlakuan nenek sama saja.

Detik-detik waktu beliau mau berpulang kepangkuan Illahi…beliau tidak mau dibawa ke rumah sakit…waktu itu jam 9 pagi…dan kira-kira jam 12 tengah hari…menghembuskan nafasnya yang terakhir. Waktu aku dikabari…aku sedang ziarah di makam Mbah Dalhar dan mau sowan Mbah Mad di Watucongol…tidak sedikitpun perasaan sedih karena saya yakin Tuhan akan menolongnya…amin.

Peninggalan Yang Sangat Berharga
Nenek-ku tidak meninggalkan warisan berupa harta benda. Beliau meninggalkan warisan suri tauladan bagaimana menempuh hidup ini agar bisa selamat dunia dan akherat. Dia senantiasa mendoakan anak cucunya dan siapa saja yang menemuinya dan beliau selalu berwasiat “Sing ati-ati yo le..sing tetep imane lan Islame..” kata ini sering sekali diucapkannya seolah-olah beliau sangat mengkhawatirkannya….

Inilah satu do’a yang diberikan kepadaku, yaitu doa menjelang belajar dan doa ini saya pakai atau saya baca setiap saya mau belajar…”ATI-ATI SIRO TANGI-O, AYO NGAJI PEPADANGE ATI, OBOR-KU JATI DAMAR-KU KURUNG, CEMENTHEL ING KURUNG-E ATI, BYAR PADANG TRAWANGAN, DUDU PADANGE RINO LAN DUDU PADANGE WENGI, PADANGE WONG NGREBUT IMAN, IMAN OPO IMAN TAUHID SAKING KERSANE ALLAH….LA ILLA HA ILLALLOH MUHAMMADAROSULULLOH”

Saya tidak tahu persis maknanya tapi kira-kira, bahwa menuntut ilmu yang utama adalah ilmu yang membuat hati ini terang yang senantiasa mendapat cahaya TAUHID dari Yang Maha Nyata…dan apabila hati sudah terang maka semua menjadi nyata, yang buruk sangat jelas keburukkannya dan yang benar nyata pula kebenarannya.

Kutulis kenangan saya ini agar anak cucuku kelak bisa melihat bahwa dulu mereka punya nenek yang bisa dibanggakan sehingga mereka bisa meneladaninya. Selamat jalan nenk-ku….aku tetap menyayangi-mu, semoga Tuhan menambah pahala atas amal dan ibadah-mu dan saya akan bersaksi bahwa engkau nenek yang baik, yang bisa ditauladani oleh anak cucunya…amin. Semoga bermanfaat, wasalam.

2 komentar:

mtv mengatakan...

so sweet sro, kiro kiro nek awake dewe mati dikenang kepriben yo ?

Suroso Bin Haji Moh Takrip mengatakan...

yo semoga anak cucu kita melihat kita sebagai sosok yang berguna....amin....